Komisi VII Desak ExxsonMobile Penuhi Target Produksi
Komisi VII DPR mendesak ExxonMobil Oil Indonesia segera memenuhi target produksi sesuai dengan kesepakatan dalam kontraktor kontrak kerja sama (KKS) ExxonMobil Oil Indonesia di Blok Cepu. Hingg kini realisasi produksi baru mencapai 13.000 barel per hari dari komitmen awal sebesar 20.000 barel per hari
Desakan ini disampaikan dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR yang dipimpin Ketua Komisi Teuku Riefky Harsa dengan Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), ConocoPhillips, dan Exxonmobil Oil Indonesia di Gedung Nusantara, Selasa (1/12).
Anggota Komisi VII DPR Anton Soekartono (Fraksi Demokrat) menilai selama ini ExxonMobil terkesan mengentengkan persoalan. Target produksi pertama sebesar 20.000 barel per hari berulang kali mundur dari target yang ditetapkan.
“Sejak kontrak KKS Blok Cepu diteken MCL pada 17 September 2005, produksi pertama mundur dari target waktu yang ditetapkan pemerintah, yakni dari akhir 2008 meleset hingga Agustus 2009,” katanya
Sementara itu Anggota Komisi VII lainnya Dewi Ariyani Hilman (PDI-Perjuangan) menambahkan, BP Migas mengkaji seberapa besar kesalahan ExxonMobil. “Kalau ternyata kesalahan itu signifikan, produksi tidak tercapai terus, pertanyaannya berapa besar finalti yang diberikan,” tegas Dewi
Dirinya meminta BP Migas harus berani bertindak tegas jika menemukan indikasi pelanggaran kontrak oleh ExxxonMobil. Kata dia, mundurnya realisasi produksi awal eksplorasi Blok Cepu juga terkait pengurangan keuntungan daerah melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
“Jangan lupa pemegang saham minoritas itu termasuk BUMD dan itu harus dihidupkan. Saya minta ExxonMobil professional,” tukasnya
Empat BUMD yang memiliki bagian dalam porsi kepemilikan saham Blok Cepu. Yakni PT Sarana Patra Hulu Cepu 1,09%, PT Asri Dharma Sejahtera 4,48%, PT Blora Patragas Hulu 2,18%, dan PT Petrogas Jatim Utama Cendana 2,24%.
Menanggapi hal itu, Presiden Exxonmobil Oil Indonesia Terry Mcphail mengatakan, tidak tercapainya target produksi di Blok Cepu oleh anak perusahaan mereka, Mobil Cepu Limited (MCL), dikarenakan keterbatasan kemampuan para pembeli.
Saat ini baru ada dua pihak yang menjadi pembeli tetap produksi MCL di Blok Cepu. Yakni PT Pertamina sebesar 12.000 barel per hari dan Tri Wahana Universal (TWU) sebesar 1.000 barel per hari.
"Jumlah pembelian TWU sebesar 1.000 barel saat ini hanya selama masa uji coba. Tahun depan mereka akan terus meningkatkan hingga mencapai 4.000 barel per hari," terang Terry.
Dengan adanya peningkatan pembelian dari Tri Wahana Universal, lanjutnya, pada 2010, rencana produksi ExxonMobil meningkat hingga 16.000 barel per hari.
Ia menambahkan, ExxonMobil juga berkomitmen mendorong produksi hingga besaran yang ditargetkan secepatnya. Karena itu pihaknya akan menunggu persetujuan BP Migas untuk menyelesaikan proses lelang lima kontrak EPC (engineering, procurement, and construction) dan masalah akuisisi lahan pada 2010.
Kepala BP Migas Raden Priyono mengatakan, perencanaan produksi Blok Cepu dibagi menjadi dua fase. Yakni produksi yang dipercepat (early production) dan produksi penuh (full production).
Sesuai skenario, periode early production ditargetkan berproduksi sebesar 20.000 barel per hari. Adapun full production dengan produksi puncak mencapai 165.000 barel per hari direncanakan dimulai tiga tahun setelah periode early production. “Jika produksi early production baru dimulai tahun ini, periode full production ditargetkan dapat tercapai pada 2013,” jelasnya
Mengenai target produksi yang tidak terpenuhi, pihaknya sudah mengirimkan surat commerciality terkait pelanggaran komitmen produksi awal di Blok Cepu. BP Migas memberi sangsi dengan membatalkan penundaan DMO (domestic obligation) atau kewajiban ExxonMobil memasok ke pemerintah sebesar 25% per hari dari volume total produksi.
Keputusan ini berlaku terhitung sejak Agustus lalu. Adapun harga beli yang dipakai pemerintah tetap mengacu ke besaran ICP (Indonesian Crude Price). (sw)